Minggu, 12 Mei 2013

Dongeng Untuk Dimitri

Senin, 13 Mare 2013

“Demi! Cepat, Nak!”
“Iya, Ma… Tunggu sebentar.”
“Lama amat nih anak,” guman sang ayah dari balik kemudi.
Pagi itu, Demitri dan keluarganya hendak berkunjung ke rumah kakek di desa. Demitri senang sekali diajak orangtuanya ke rumah kakek. Sepanjang perjalanan Demitri tak berhenti bersenandung riang. Ia bertanya kepada mamanya, “Mah, nanti Demi ingin didongengi kakek ya!” kata Demi.
“Iya, tapi jangan sampi larut malam tidurnya,” kata mama.
”Beres, Mah...”

Memasuki desa sang kakek, tak berhenti Demitri berdecak kagum.
”Ayah, lihat ada kerbau di sana!”
“Mahh.... mah... lihat tuh, anak kecil mandi di sungai, gak bau ya mah?”
Kedua orang tuanya hanya tersenyum melihat keceriaan anaknya.
“Kakek, aku datang!” teriak Demi dari luar pagar rumah.
“Oh, cucuku sudah datang, apa kabar, Nak?” sahut kakek.
“Baik, Kek. Ini oleh-oleh buat kakek.”
Malam itu, sambil menyandarkan kepalanya di dekat kakek, Demitri menagih janji sang kakek.
”Kek, cerita dong, katanya mau mendongeng untuk Demitri.”
”Baiklah, dengar baik-bak ya…”
Di sebuah kerajaan yang makmur dan damai, alkisah sang raja ingin mewariskan tahtanya ke salah seorang pangeran, putranya. 
“Anakku, kamu seorang Pangeran, nanti pada waktunya aku mawariskan tahtaku kapadamu,” demikian kata sang raja.
”Mohon ampun baginda, hamba siap kapanpun jika baginda menghendakinya,” jawab Pangeran.
”Ketahuilah anakku, saat ini kamu belum waktunya. Kelak jika tiba waktunya kamu anak menggantikan tahta ini.”
”Kapan itu, Baginda?”
”Pergilah ke hutan, pelajarilah apa yang kamu lihat di sana.”
”Baik, Baginda. Hamba laksanakan.”
Pada waktu yang telah ditentukan, dengan diantar para pengawalnya, tibalah Pangeran di sebuah hutan yang lebat. Di sana sang Pangeran hidup seorang diri selama satu tahun. Banyak sekali yang di pelajari pangeran itu, dengan melihat tingkah polah binatang-binatang di hutan, pangeran belajar betahan hidup dari kelaparan, cara memburu mangsa, mengenali berbagai macam tumbuh-tumbuhan.
Genap satu tahun, pangeran di jemput kembali kerajaan oleh para pengawalnya.
“Anakku apa yang telah kamu pelajari dihutan?” tanya sang Raja.
”Ampun, Baginda. Hamba belajar banyak tentang hewan dan tumbuhan, belajar bertahan dari kelaparan, mengenal tumbuh-tumbuhan dan masih banyak lagi, Baginda” jawab pangeran.
”Anakku, sepertinya waktunya masih belum cukup untuk menyiapkan tahta ini untukmu, jadi pergilah ke hutan satu tahun lagi.”
Pangeran menuruti perintah sang Raja, sambil terus berpikir dalam perjalanannnya ke hutan. Sesampai di hutan, pangeran merasakan kesunyiaan dan kesendiriaanya. Lalu sambil terus berpikir apa yang menjadi keinginan sang Raja, pangeran itu berdiam diri dalam keheningan sambil bertapa.
Tidak terasa dalam pertapaanya, sang Pangeran telah satu tahun lebih, melebihi waktu yang telah di tentukan, sang Raja. Lalu dengan diantar pengawalnya, pangeran menghadap sang Raja
”Mohon ampun, Baginda. Hamba terlambat menghadap. Dalam kesunyian di hutan, hamba menemukan kedamaian dalam keheningan sehingga hamba lupa.”
”Anakku, aku mengerti apa yang kamu lakuakan, kini telah tiba waktunya tahta ini aku wariskan kepadamu.”
Kemudian rakyat berpesta meyambut raja muda yang baru, yang telah mengenal dunia yang sesungguhnya dalam gelapnya kehidupan.
”Demi, demi, tidur ya...?”
“Eh…h iya Kek. Demi ngantuk. Akhirnya sang pangeran jadi raja ya, Kek?”
“Iya… sudah tidur sana, sudah malam juga.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar